Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution Dorong Penguatan Harmonisasi SARA Lewat Dialog Kebangsaan di UMSU
0 menit baca
Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution Dorong Penguatan Harmonisasi SARA Lewat Dialog Kebangsaan di UMSU
Medan, Detikinews. id
Gubernur Sumatera Utara melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Sumatera Utara (Kesbangpol Provsu) menggelar Dialog Kebangsaan dalam Memperkuat Harmonisasi Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) sebagai upaya memperkuat persatuan nasional di tengah keberagaman masyarakat..
Keberagaman suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) adalah kekayaan luar biasa bagi Indonesia, yang tercermin dalam semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" (Berbeda-beda tetapi tetap satu), yang menggarisbawahi persatuan di tengah perbedaan melalui toleransi, saling menghormati, dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan untuk membangun identitas nasional yang kuat dan harmonis.Kegiatan dialog tersebut berlangsung di Auditorium Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Kampus III, Jumat (19/12/2025).
Kegiatan dialog tersebut dibuka oleh Badan kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Sumatera Utara yang diwakili oleh Rektor I UMSU, Prof. Dr. Muhammad Arifin, SH., M.Hum, yang menegaskan bahwa kegiatan dialog kebangsaan merupakan instrumen penting dalam mengelola keberagaman secara konstruktif.
Dialog kebangsaan ini diikuti sekitar 400 peserta yang berasal dari unsur mahasiswa, organisasi keagamaan, serta organisasi kemasyarakatan. Forum tersebut menjadi ruang strategis untuk mempertemukan berbagai elemen bangsa dalam membangun pemahaman, empati, dan komitmen bersama menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan adalah keniscayaan sekaligus anugerah. Perbedaan itu akan menjadi kekuatan apabila dikelola dengan bijak, penuh kebijaksanaan, dan kasih sayang,” ujar Prof. Muhammad Arifin dalam sambutannya.
Ia menekankan bahwa Indonesia merupakan mozaik kebangsaan yang disatukan oleh nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan rasa kebangsaan. Menurutnya, di tengah dinamika demokrasi dan pembangunan, dialog menjadi sarana efektif untuk meredam potensi konflik sosial yang dipicu oleh prasangka maupun provokasi berbasis identitas.
“Dialog kebangsaan adalah ruang untuk saling mendengar dan memahami, serta membangun jembatan kebersamaan, bukan sekat pemisah,” katanya.
Dialog tersebut menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain perwakilan Kanwil Kementerian Agama Sumatera Utara H. Ibnu Mufid, S.Ag., MM, Prof. Dr. H. Arifinsyah, M.Ag, serta Dr. Bakhrul Khair Amal, SE., M.S. Para narasumber membahas penguatan toleransi, moderasi beragama, dan peran strategis masyarakat dalam menjaga harmonisasi SARA.
Salah satu narasumber dialog mengatakan bahwa menghargai perbedaan dilakukan sesuai norma dan hukum yang berlaku di masyarakat dan negara. Bila ada perbedaan, musyawarah untuk mencapai mufakat adalah jalan terbaik. Sedari dini perlu ditumbuhkan sikap menghormati orang lain dengan baik tanpa memandang usia, agama, ras dan budaya.
Badan Kesbangpol Provsu berharap dialog kebangsaan dapat menampung berbagai saran dan langkah-langkah konkret yang dapat diterapkan mulai dari lingkungan keluarga, pendidikan, komunitas sosial, hingga ruang digital, guna memperkuat persatuan dan menjaga stabilitas sosial di Sumatera Utara dan Indonesia secara umum.(*)